Oktober 2010
Malam yang riuh ya, yan?
Dua pasang kaki beriringan di antara gesekan riuh angin pada daun di musim kemarau
Kita masih bercengkrama di iringi renyahnya derai tawa
Aku jatuh hati di kota ini
Bersama angin yang menggelitik pipi kemerahan
Kau bilang, rambutku cantik ter urai.
Oktober 2011
Setahun sudah, yan.
Kau mengajak ku ke bukit bintang
Menghitung setiap kerlipan di lautan angkasa
Hati kita masih berbunga,
Kadang terkikih berdua menertawakan kawan yang kesurupan
Degup kita masih sama
Rindu tumpah meruah tak ada habisnya.
Oktober 2012
"Pergilah", katanya.
Setelah kau terluka kala itu
Aku meronta, meringis, menangis
"aku masih belum bisa menghentikan rindu, yan" kataku tersedu.
Kau selalu tergesa-gesa
Kau kikis cinta laun-laun hingga tak izinkan jantungku berdetak
Lalu sepi ini merubah di pundaku sendiri
Dalam diam, sepi tak henti bertamu
Tangisku makin pecah!
Oktober 2013
Setelah mengiba berbulan-bulan
Hingga kesumatmu hilang pelan-pelan
Katanya kau lelah mendengar ocehan
Ntah luluh sebab linang yang tak terelakan
Kembali ciptakan rindu yang kian gaduh
Menghapus luka yang kian melupa
Oktober 2014
Kali ini jenuh yang menggoda
Bukankah luka itu telah pergi?
Kau terlalu batu
Hingga hatiku memar lagi.
Dingin..
Sepi...
Hambar..
"inikah yang di sebut monoton, yan? "
Kau menghela, rindumu binasa
Bukan cinta lagi yang kita punya
Hanya iba yang tercipta di kepala.
Oktober 2015
Sudah habis kata-kata
Saling memaki saling membenci
Kadang tertawa seadanya
Lalu hilang di telan asa
Tak segan ego meraja
Yan, aku sudah enggan..
Kau pun meng-iya kan
Cinta kita tenggelam, membekas lebam.
Semoga kau bahagia, yan :)