Minggu, 27 Desember 2015 - 0 komentar

HILANG DISAPUT HUJAN

Sudah hampir 2 bulan gue pisah sama dia, mantan 6 tahun yang berakhir sia-sia, mungkin akhir tahun ini adalah akhir pertama kali nya gue harus menghabiskan tahun baru bersama calon suami gue, rasanya, gue pengen banget hilang ingatan, bener-bener lupa in kenangan sama dia, tp ntah... Di hati gue yang paling dalem kadang gue masih pengen bareng dia lagi, meskipun dia jauh beda sama cowo gue yang sekarang, dia yg cuek, yg ga peka, yg sering nyakitin hati gue, dan akhirnya gue bales dia di titik jenuh gue yang paling palung, gue cape... Gue cape berjuang sendirian, kehidupan gue ga sebebas merpati, ga seindah dan sesantai dia, 6 tahun gue bareng sama dia tapi dia ga pernah paham kemana tujuan nya, sampe akhirnya gue harus memilih, meninggalkan semuanya buat kehidupan gue yang lebih baik.
Pas setelah gue putus sama dia, orang tua gue cerai, saat gue terpuruk sama keadaan dimana orang tua gue sedang berada di ambang perceraian dia ga pernah ada buat gue, dia ga peka dan ga pernah mau tau tentang hidup gue, sampe akhirnya gue memilih cowo yg sampe sekarang ada di sisi gue, cowo gue ga pernah tau masalah ini, gue udah satu tahun hubungan sama dia dengan penuh kebahagiaan, dan akhirnya kami memutuskan untuk menikah.. Menikah di tahun depan.
Sebenernya apa lagi yg gue cari, alesan apa lagi yg membuat gue masih inget sama dia? Apa coba?! Harusnya ga ada, cuma remah-remah kenangan yang tersisa di sudut bibir, atau tumpahan saus yang mengotori kerah baju, yang ntah kapan bisa ilang, ini sudah menjadi sebuah akhir, janji yang ga pernah bisa di tepati, ucapan manis yang seharusnya ga pernah gue cecap lagi, meski secuil ataupun mengendap-endap supaya orang lain ga pernah tau klo gue masih pengen mencoba, seharusnya semuanya ga ada lagi di pikiran gue.
Semoga, dia sudah bisa bahagia sebahagia gue, seperti raga gue, meski ntah hati dan pikiran gue yang masih menggelayut di ujung kenangan bersama nya.
Semoga, tetap bahagia, bukan hanya kamu, tapi gue juga, biar semuanya hilang di saput hujan terakhir di tahun ini.
Selamat tinggal, selamanya.

Minggu, 25 Oktober 2015 - 1 komentar

Oktober 6 tahun

Oktober 2010

Malam yang riuh ya, yan?
Dua pasang kaki beriringan di antara gesekan riuh angin pada daun di musim kemarau
Kita masih bercengkrama di iringi renyahnya derai tawa
Aku jatuh hati di kota ini
Bersama angin yang menggelitik pipi kemerahan
Kau bilang, rambutku cantik ter urai.

Oktober 2011

Setahun sudah, yan.
Kau mengajak ku ke bukit bintang
Menghitung setiap kerlipan di lautan angkasa
Hati kita masih berbunga,
Kadang terkikih berdua menertawakan kawan yang kesurupan
Degup kita masih sama
Rindu tumpah meruah tak ada habisnya.

Oktober 2012

"Pergilah", katanya.
Setelah kau terluka kala itu
Aku meronta, meringis, menangis
"aku masih belum bisa menghentikan rindu, yan" kataku tersedu.
Kau selalu tergesa-gesa
Kau kikis cinta laun-laun hingga tak izinkan jantungku berdetak
Lalu sepi ini merubah di pundaku sendiri
Dalam diam, sepi tak henti bertamu
Tangisku makin pecah!

Oktober 2013

Setelah mengiba berbulan-bulan
Hingga kesumatmu hilang pelan-pelan
Katanya kau lelah mendengar ocehan
Ntah luluh sebab linang yang tak terelakan
Kembali ciptakan rindu yang kian gaduh
Menghapus luka yang kian melupa

Oktober 2014

Kali ini jenuh yang menggoda
Bukankah luka itu telah pergi?
Kau terlalu batu
Hingga hatiku memar lagi.
Dingin..
Sepi...
Hambar..
"inikah yang di sebut monoton, yan? "
Kau menghela, rindumu binasa
Bukan cinta lagi yang kita punya
Hanya iba yang tercipta di kepala.

Oktober 2015

Sudah habis kata-kata
Saling memaki saling membenci
Kadang tertawa seadanya
Lalu hilang di telan asa
Tak segan ego meraja
Yan, aku sudah enggan..
Kau pun meng-iya kan
Cinta kita tenggelam, membekas lebam.

Semoga kau bahagia, yan :)